Bacaan Shalawat Nariyah Bahasa Arab, Tulisan Latin dan Terjemahannya
اَللهُمَّ صَلِّ صَلاَةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلاَمًا تَامَّاعَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ الَّذِىْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ
الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِى كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ
مَعْلُوْمٍ لَكَ
ALLAAHUMMA SHOLLI SHOLAATAN KAAMILATAN WASALLIM SALAAMAAN TAAMMAN 'ALAA
SAYYIDINAA MUHAMMADINIL LADZII TANHALLU BIHIL'UQODU WATANFARIJU
BIHILKUROBU WATUQDHOO BIHILHAWAAIJU WATUNAALU BIHIR ROGHOOIBU WAHUSNUL
KHOWAATIMI WAYUSTASQAAL GHOMAAMU BIWAJHIHILKARIIMI WA'ALAA AALIHII
WASHOHBIHII FII KULLI LAMHATIN WANAFASIN BI'ADADI KULLI MA'LUUMIN LAKA.
Artinya :
Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau.
Dari bacaan shalawat nariyah dan terjemahannya seperti yang
tertera diatas, ternyata ini menjadi kontroversi. Banyak buku-buku yang
beredara di masyarakat dan/atau artikel-artikel di internet yang
membahas Sholawat Nariyah, dan mengartikan kalau shalawat ini terdapat
beberapa lafadz yang maknanya menyekutukan Allah (Syirik) dan/atau
melanggar pengertian syirik, yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah
dalam hal-hal yang menjadi sifat khusus bagi Allah.
Salawat Nariyah adalah Syirik
Dilansir dari laman konsultasisyariah.com, terdapat 4 kalimat yang mengandung kesyirikan dalam sholawat nariyah. beberapa lafadnya adalah sebagai berikut :
تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
Rincian Kalimat:
تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ
Artinya : "Segala ikatan dan kesulitan bisa lepas karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam"
وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ
Artinya : "Segala bencana bisa tersingkap dengan adanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam"
وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ
Artinya : "Segala kebutuhan bisa terkabulkan karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam"
وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
Artinya : "Segala keinginan bisa didapatkan dengan adanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam"
Nah, empat kalimat di atas merupakan pujian yang ditujukan kepada Nabi
Muhammad SAW. Jika kita perhatikan, empat kemampuan di atas merupakan
kemampuan yang hanya dimiliki oleh Allah dan tidak dimiliki oleh
makhluk-Nya siapa pun orangnya. Karena yang bisa menghilangkan
kesulitan, menghilangkan bencana, memenuhi kebutuhan, dan mengabulkan
keinginan serta doa hanyalah Allah.
Seorang Nabi atau bahkan para malaikat tidak memiliki kemampuan dalam
hal ini. Oleh karena itu, ketika pujian-pujian ini ditujukan kepada
selain Allah (termasuk kepada Nabi Muhammad SAW) maka berarti telah
menyamakan makhluk tersebut dengan Allah dalam perkara yang menjadi hak
khusus bagi Allah.
Selain keempat kalimat diatas, dalam Sholawat Nariyah terdapat pujian
yang berlebihan kepada Nabi Muhammad SAW. Sementara Nabi sendiri
melarang keras umatnya untuk memujinya secara berlebihan.
Suatu ketika ada seorang sahabat memuji Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dengan mengatakan: "Engkau adalah manusia terbaik di antara kami,
putra dari manusia terbaik kami,…" kemudian beliau bersabda, "Janganlah
kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani
berlebih-lebihan dalam memuji Nabi Isa A.S. Aku hanyalah seorang hamba,
maka sebutlah Aku: Hamba Allah dan Rasul-Nya." (HR. Ahmad dan
dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth).
Dari sisi penamaan, patut diketahui bahwa kata naariyah merupakan
pecahan dari kata naar (النار) yang artinya api. Maka bagaimana mungkin
sesuatu yang isinya doa diberi nama yang mengesankan sesuatu yang
buruk?. Tetapi ada yang menyebutkan bahwa asal usul nama Shalawat
Nariyah itu diambil dari pengarangnya yakni Syaikh Nariyah (akan kami
ulas dibawah).
Analisa Isi Shalawat Nariyah
Untuk meluruskan dan/atau menengahi uraian diatas tentang "kesyirikan
Sholawat Nariyah serta yang Berlebihan" maka kita perlu menganalisa
arti/terjemahan sholawat tersebut.
Seperti dilansir dari laman seteteshidayah.wordpress.com, Sebagian orang
yang terlalu bersemangat mempersoalkan kata ganti "BIHI" (dengannya)
pada lafadz shalawat nariyah di atas ditujukan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, maka hal itu adalah sebuah kesyirikan karena tidak boleh
Rasulullah SAW bukanlah penyebab terurai segala ikatan dan kesulitan dan
hilangnya segala kesedihan, serta dipenuhinya segala kebutuhan. Mereka
mengatakan jika kata ganti “BIHI” diganti dengan “BIHA” yang artinya
melalui shalawat itu sendiri maka Allah akan mengurai segala ikatan dan
kesulitan dan hilang segala kesedihan, serta dipenuhinya segala
kebutuhan maka hal ini menjadi benar.
Maka kepada saudara se-aqidah sesama muslim kita harus berusaha untuk
husnudzon (berprasangka baik). Di dalam kaidah peradilan saja ketika
mengadili orang, dikenal istilah praduga tak bersalah (presumption of
innocence), walaupun ia jelas-jelas penjahat tetap harus didampingi
pembela dan dijunjung tinggi kaidah ini. Apalagi ini dalam masalah agama
kepada saudara sesama muslim, kok mudah sekali mengatakan syirik, sesat
dan kafir?
Kata ganti "BIHI" di sini masih ada ruang penafsiran tergantung niat
orang yang mengucapkannya. Jika ia benar-benar meyakini dan bermaksud
Rasulullah-lah yang menguraikan kesulitan, menghilangkan segala
kesedihan, memenuhi segala kebutuhan, maka tentu orang itu telah
tergelincir dalam kesesatan dan kemusyrikan.
Namun seandainya yang dimaksud adalah bahwa melalui Rasulullah Muhammad
s.a.w. kita mengenal agama ini, lalu dari situ kita jadi memahami agama
ini, meyakini tentang Allah dan segala sifat dan kekuasaanNya maka dari
situlah segala kesulitan kita menjadi terurai, segala kesedihan kita
menjadi sirna, dan segala keinginan kita dikabulkan oleh Allah, maka hal
ini adalah aqidah yang benar. Inilah mungkin yang dimaksud dengan
perkataan ALLADZI TANHALLU BIHIL 'UQOD (terurai melalui mu segala ikatan), TANFARIJU BIHIL KUROB (dilepaskan / dihilangkan melalui mu segala kesedihan) dan seterusnya.
Terkadang makna dari kata-kata sangat relatif maksudnya dan bergantung
pada prasangka yang ada di dalam otak. Jika prasangkanya sudah buruk apa
yang diucapkan orang pun selalu nampak buruk dan salah. Terlebih dalam
memandang kata-kata pujian yang disampaikan melalui puisi, lebih sering
maknanya adalah majazi (bukan makna sesungguhnya). Sebagaimana orang
yang jatuh cinta mengatakan "wajahmu rembulan", tentu jika dipahami apa
adanya bisa dikatakan syirik. Namun maksudnya adalah wajahmu sangat
cantik dan bercahaya seperti rembulan. Demikian pula ketika mengartikan
lafadz WA YUSTASQOL GHOMAMU BIWAJ HIHIL KARIIM (dan dicurahkan hujan dengan wajahmu yang mulia), seperti yang tercantum dalam lafadz shalawat nariyah.
Pengagungan Berlebihan Terhadap Shalawat Nariyah
Adapun sikap sebagian orang yang terlalu berlebihan dalam meyakini
keagungan shalawat nariyah sama buruk nya dengan sikap orang yang
berlebihan dalam menyatakan nya sebagai syirik dan bid’ah. Situasi ini
mirip seperti perkataan Ali bin Abi Thalib r.a. yang berkata :
Dua orang yang akan binasa, yaitu yang membenciku berlebihan dan mencintaiku berlebihan
Maka sebagian orang mengatakan dengan mengucapkan sekian ribu kali
shalawat nariyah akan dihilangkan segala kesusahan dan terpenuhi segala
keinginan. Mereka beranggapan, barangsiapa membacanya sebanyak 4.444
kali dengan niat agar kesusahan dihilangkan, niscaya akan terpenuhi.
Justru mengucapkan shalawat nariyah ini kita memuji Rasulullah s.a.w.
yang melalui beliau lah kita memahami hakikat kekuasaan Allah yang dapat
menghilangkan kesulitan dan mengangkat kesedihan. Melalui baginda
Rasululillah ini sampailah pada kita firman Allah :
Katakanlah, ‘Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmatNya dan takut akan siksa-Nya; sesungguhnya siksa Tuhanmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti. (Q.S. Al-Isra’[17] : 56-57)
Melalui ajaran beliau pula kita mengetahui aqidah yang benar bahwa
Rasulullah s.a.w tidak mampu mengangkat kemudharatan dan musibah yang
menimpa kita dan hanya kepada Allah-lah kita bermohon untuk diangkat
kemudharatan dan musibah yang menimpa kita.
Katakanlah, ‘Aku tidak kuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Al-A’raf [7] : 188)
Maka kita harus mengembalikan maksud dari shalawat nariyah itu kepada
kedudukannya yang sebenarnya. Walaupun tidak terlarang menyusun dan
membaca shalawat karangan orang sholeh, ulama atau sahabat, namun
keyakinan atas perkataan di dalamnya haruslah tetap lurus dan benar.
Bisa jadi maksud yang menyusun shalawat nariyah itu tidaklah demikian,
sementara orang-orang yang mengkultuskan dan terlalu berlebihan dalam
mengidolakannya memelencengkan maksud shalawat tersebut dan
menambah-nambahinya dengan pengagungan yang berlebihan.
Sejarah / Riwayat Shalawat Nariyah
Sebagaimana yang sudah kami sebutkan pada awal halaman ini, bahwa Nabi
Muhammad SAW tidak pernah mengajarkan sholawat nariyah, karena memang
shalawat ini tidak ada pada zaman Nabi. Namun ada sebuah riwayat yang
menyebutkan bahwa sholawat nariyah disusun oleh sahabat nabi yakni
Syaikh Nariyah.
Dikutip dari laman indospiritual.com, Sholawat Nariyah adalah sebuah
sholawat yang disusun oleh Syekh Nariyah. Syekh yang satu ini hidup pada
jaman Nabi Muhammad sehingga termasuk salah satu sahabat nabi. Beliau
lebih menekuni bidang ketauhidan. Syekh Nariyah selalu melihat kerja
keras nabi dalam menyampaikan wahyu Allah, mengajarkan tentang Islam,
amal saleh dan akhlaqul karimah sehingga syekh selalu berdoa kepada
Allah memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk nabi. Doa-doa yang
menyertakan nabi biasa disebut sholawat dan syekh nariyah adalah salah
satu penyusun sholawat nabi yang disebut sholawat nariyah.
Suatu malam syekh nariyah membaca sholawatnya sebanyak 4444 kali.
Setelah membacanya, beliau mendapat karomah dari Allah. Maka dalam suatu
majelis beliau mendekati Nabi Muhammad dan minta dimasukan surga
pertama kali bersama nabi. Dan Nabi pun mengiyakan. Ada seseorang
sahabat yang cemburu dan lantas minta didoakan yang sama seperti syekh
nariyah. Namun nabi mengatakan tidak bisa karena syekh nariyah sudah
minta terlebih dahulu.
Mengapa sahabat itu ditolak nabi? dan justru syekh nariyah yang bisa?
Para sahabat itu tidak mengetahui mengenai amalan yang setiap malam
diamalkan oleh syekh nariyah yaitu mendoakan keselamatan dan
kesejahteraan nabinya. Orang yang mendoakan Nabi Muhammad pada
hakekatnya adalah mendoakan untuk dirinya sendiri karena Allah sudah
menjamin nabi-nabiNya sehingga doa itu akan berbalik kepada si
pengamalnya dengan keberkahan yang sangat kuat.
Jadi nabi berperan sebagai wasilah yang bisa melancarkan doa umat yang
bersholawat kepadanya. Inilah salah satu rahasia doa/sholawat yang tidak
banyak orang tahu sehingga banyak yang bertanya kenapa nabi malah
didoakan umatnya? untuk itulah jika kita berdoa kepada Allah jangan lupa
terlebih dahulu bersholawat kepada Nabi SAW karena doa kita akan lebih
terkabul daripada tidak berwasilah melalui bersholawat.
Inilah riwayat singkat sholawat nariyah. Hingga kini banyak orang yang
mengamalkan sholawat ini, tak lain karena meniru yang dilakukan syekh
nariyah. Dan ada baiknya sholawat ini dibaca 4444 kali karena syekh
nariyah memperoleh karomah setelah membaca 4444 kali. Jadi jumlah amalan
itu tak lebih dari itba' (mengikuti) ajaran syekh.
Ada juga yang menyebutkan, Shalawat Nariyah konon disusun oleh seorang
ulama magribi (sekarang disebut negara Maroko) bernama Ibrahim Attaziy
Al-Maghribiy, shalawat inipun dikenal dengan nama shalawat Ta’ziyah
Attafrijiyyah, namun orang Maroko sering menyebutnya shalawat nariyah.
Wallahu 'alam, hanya Allah yang tahu.
Kejanggalan Sejarah/Riwayat Syaikh Nariyah (Penyusun Shalawat Nariyah)
Dari cerita tersebut di atas tentang Syaikh Nariyah, ada beberapa hal
yang hendaknya kita perhatikan dengan seksama, yang pertama yakni:
Benarkah ada sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang
bernama Syaikh Nariyah?
Dilansir dari laman metafisis.net, Para sahabat Nabi adalah orang-orang
yang beriman yang hidup di zaman, mereka dimuliakan oleh Allah dan
dipuji oleh Allah dan Rasul-Nya dengan pujian Khairun Naas (Manusia
Terbaik). Oleh karena itu, banyak diantara kalangan para ulama yang
menaruh perhatian yang sangat besar tentang biografi dan perjalanan
hidup para sahabat Nabi. Oleh karena itu begitu banyak kitab yang
ditulis yang mengumpulkan biografi dan perjalanan hidup generasi terbaik
ini dan beberapa generasi yang hidup di zaman kemuliaan Islam tersebut.
Sebut saja Hilyatul Awliyaa` yang ditulis oleh Al-Hafizh Abu Nu’aim
Al-Asfahani. Ada lagi kitab Tahdzibul Kamal karya al-Hafizh Al-Mizzi,
Shifatush Shafwah karya Imam Ibnul Jauzi, Al-Ishabatu fi Tamyizish
Shahabah karya al-Hafizh Ibn Hajar al-’Asqalani dan berbagai kitab
sejarah lainnya yang intinya adalah para ulama memberikan perhatian yang
sangat besar terhadap biografi dan perjalanan hidup para sahabat Nabi.
Para dewan redaktur majalah As-Sunnah mengatakan, “Setelah meneliti
berbagai kitab di atas dan juga referensi biografi lainnya, yang biasa
diistilahkan para Ulama dengan kutubut tarajim wa ath-thabaqat, ternyata
tidak dijumpai seorang pun di antara Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, yang bernama Nariyah. Bahkan sepengetahuan kami, tidak ada
seorang pun Ulama klasik yang memiliki nama tersebut. Lalu, dari manakah
orang tersebut berasal ??”
Sebenarnya ada sebuah kejanggalan pada nama orang yang disangka sebagai
sahabat Nabi tersebut, yakni: jika kita terbiasa berinteraksi dengan
hadits-hadits Nabi dan biografi para sahabat, belum pernah kita jumpai
adanya nama sahabat Nabi yang mendapat ‘gelar’ “SYAIKH”. Perhatikanlah
nama di atas, “Syaikh Nariyah”. Ini adalah sesuatu hal yang sangat tidak
lazim terjadi di kalangan para ulama salaf, terlebih lagi para sahabat
Nabi.
Cobalah seandainya seseorang sedikit saja membaca kitab para ulama yang
menuliskan biografi para sahabat, ketika mendengar atau membaca nama
Syaikh Nariyah yang disangka sebagai sahabat Nabi, maka ia akan
merasakan sesuatu yang aneh, ganjil dan tidak lazim. Mungkin
–Allahua’lam- orang yang membuat kisah ini adalah orang yang tidak
terbiasa berinteraksi dengan nama para sahabat Nabi, sehingga ia
melakukan tindakan yang cukup fatal dan dianggap ganjil oleh orang-orang
yang terbiasa dengan biografi para sahabat Nabi.
Dari sini saja kita sudah sangsi tentang keshahihan kisah tersebut
sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa tidak ada sahabat Nabi yang
bernama Syaikh Nariyah. Jadi, penyandaran shalawat ini kepada sahabat
Nabi yang bernama Syaikh Nariyah sangat diragukan kebenarannya.
Kemudian yang kedua, kisah tersebut di atas dinukil dengan tanpa sanad
sehingga bagi orang-orang yang memahami betul pentingnya sanad dalam
sebuah riwayat, mereka akan sangat sulit melacak keotentikan cerita di
atas. Jangankan sanad, artikel tersebut juga tidak mencantumkan
referensi dari mana kisah itu dinukil. Sepertinya, -Allahua’alam- orang
yang membuat kisah di atas bukanlah orang yang memiliki amanah ilmiah
yang bisa dipertanggung jawabkan karena gelapnya asal-usul dan
periwayatan kisah tersebut di atas.
Imam ‘Abdullah bin al-Mubarak pernah berkata, “Isnad adalah bagian dari
agama. Jika tidak ada isnad, seseorang akan bebas mengatakan apa yang
dikehendakinya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah dalam
muqaddimah Shahihnya).
Jadi, memang sangat diragukan kalau "Syaikh Nariyah" adalah sahabat
nabi. Karena kami sendiri (Admin Blog Khusus Doa) baru tahu setelah baca
riwayat tersebut, kalau ternyata ada salah satu sahabat nabi yang
gelarnya "Syaikh". Padahal, kalau kita mau pelajari dari sekian
banyaknya nama-nama sahabat nabi, tidak ada yang namanya Syaikh dan/atau
Nariyah.
Sebagaimana dikutip dari laman id.wikipedia.org, beberapa sahabat nabi yang terkenal adalah sebagai berikut :
- Abdullah bin Umar
- Abdurrahman bin Auf
- Abu Bakar
- Abu Dzar Al-Ghiffari
- Abu Hurairah
- Abu Ubaidah bin al-Jarrah
- Ali bin Abi Talib
- al-Qamah
- Amru bin Ash
- Bilal bin Rabah
- Hakim bin Hazm
- Hamzah bin Abdul Muthalib
- Khalid bin Walid
- Mua'dz bin Jabal
- Mua'wiyah bin Abu Sufyan
- Mus'ab bin Umair
- Salman al-Farisi
- Sa'ad bin Abi Waqqas
- Sa'id bin Zayd bin `Amr
- Thalhah bin Ubaidillah
- Zaid bin Khattab
- Umar bin Khattab
- Usamah bin Zaid bin Haritsah
- Usman bin Affan
- Uwais Al-Qarny
- Wahsyi
- Zubair bin Awwam
Keistimewaan / Keutamaan Shalawat Nariyah
Dari berbagai uraian diatas yang penuh kontroversi, baik dari segi arti,
makna atau terjemahan shalawat nariyah yang mana ada yang mengatakan
sebagai kesyirikan (tergantung kita menyikapinya) serta sejarahnya yang
sangat janggal karena tidak ada sahabat nabi yang bernama Syaikh
Nariyah, namun bagi orang-orang yang percaya tentu shalawat nariyah memiliki keutamaan dan/atau keistimewaan.
Dilansri dari laman nu.or.id, Seperti halnya shalawat badar yang sangat
populer, shalawat Nariyah juga tidak kalah populernya di kalangan
warga NU. Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahkan
maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan persoalan pelik itu
kepada Allah. Dan shalawat Nariyah adalah salah satu jalan mengadu
kepada Allah SWT.
Dalam kitab Khozinatul Asror (hlm. 179) dijelaskan, “Salah satu shalawat
yang mustajab ialah Shalawat Tafrijiyah Qurthubiyah, yang disebut orang
Maroko dengan Shalawat Nariyah karena jika mereka (umat Islam)
mengharapkan apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak yang tidak
disukai mereka berkumpul dalam satu majelis untuk membaca shalawat
nariyah ini sebanyak 4.444 kali, tercapailah apa yang dikehendaki dengan
cepat (bi idznillah).”
"Shalawat nariyah ini juga oleh para ahli yang tahu rahasia alam
diyakini sebagai kunci gudang yang mumpuni:. .. Dan imam Dainuri
memberikan komentarnya: Siapa membaca shalawat ini sehabis shalat
(Fardhu) 11 kali digunakan sebagai wiridan maka rizekinya tidak akan
putus, di samping mendapatkan pangkat kedudukan dan tingkatan orang
kaya.”
Hadits riwayat Ibnu Mundah dari Jabir mengatakan: Rasulullah SAW
bersabda: Siapa membaca shalawat kepadaku sehari 100 kali (dalam riwayat
lain): Siapa membaca shalawal kepadaku 100 kali maka Allah akan
mengijabahi 100 kali hajatnya; 70 hajatnya di akhirat, dan 30 di
dunia... Dan hadits Rasulullah yang mengatakan; Perbanyaklah shahawat
kepadaku karena dapat memecahkan masalah dan menghilangkan kesedihan.
Demikian seperti tertuang dalam kitab an-Nuzhah yang dikutib juga dalam
Khozinatul Asror.
Diriwayatkan juga Rasulullah di alam barzakh mendengar bacaan shalawat
dan salam dan dia akan menjawabnya sesuai jawaban yang terkait dari
salam dan shalawat tadi. Seperti tersebut dalam hadits, beliau bersabda:
Hidupku, juga matiku, lebih baik dari kalian. Kalian membicarakan dan
juga dibicarakan, amal-amal kalian disampaikan kepadaku, jika saya tahu
amal itu baik, aku memuji Allah, tetapi kalau buruk aku mintakan ampun
kepada Allah. Hadits riwayat al-Hafizh Ismail alQadhi, dalam bab
Shalawat ‘ala an-Nary. Imam Haitami menyebutkan dalam kitab Majma'
az-Zawaid, ia menganggap shahih hadits di atas.
Hal ini jelas bahwa Rasulullah memintakan ampun umatnya di alam barzakh.
Istighfar adalah doa, dan doa untuk umatnya pasti bermanfaat. Ada lagi
hadits lain: Rasulullah bersabda: Tidak seorang pun yang memberi salam
kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa
mennjawab salam itu. (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam
an-Nawawi, dan sanadnya shahih).
semoga kian bermanfaat umtuk ummat. aamin
BalasHapus