Ilustrasi : Khutbah Jum'at tentang Maulid Nabi (Kelahiran Nabi Muhammad SAW) |
Contoh Khutbah Jum'at tentang Maulud Nabi Besar Muhammad SAW
الْحَمْدُ للهِ شَرَّفَ الأَنَاَمَ بِصَاحِبِ الْمَقَامِ الأعْلَى.
وَكَمَّلَ السُّعُوْدَ بِأَكْرَمِ مَوْلُوْدٍ. أَشْهَدُ أنْ لاإلهَ إلاّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ بِالْحُجَّةٍ الَبَالِغَةِ وَحُسْنِ
الْبَيَانِ. أللّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأصْحَابِهِ أجْمَعِيْنَ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ
اللهِ أًوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَقَدْ فَازَ
الْمُتَّقُوْنَ. اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Dalam kesempatan yang mulia ini marilah kita tadzakkur dan tafakkur,
mengingat segala apa yang kita amalkan selama ini dan berusaha
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dalam arti
kita berusaha melaksanakan segala usaha yang diperintahkan Allah dan
menjauhi segala yang dilarang-Nya.
Marilah kita tinggalkan sejenak tugas-tugas duniawiyah, pekerjaan di
kantor, bisnis dan perdagangan, untuk masuk masjid melaksanakan sholat
Jumat,untuk dzikrullah, ingat kepada Allah SWT.Semoga dengan demikian
kita termasuk golongan orang-orang yang tidak lalai ingat kepada Allah,
walaupun kita disibukkan dengan aktivitas jual beli dan perdagangan.
Semoga kita semua dijadikan oleh Allah SWT sebagai hamba Allah yang
muttaqin dan husnul khatimah. Amin.
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Di bulan Rabi’ul Awwal yang lebih dikenal dengan bulan maulid atau bulan
kelahiran Nabi Muhammad SAW, tepatnya tanggal 12 rabi’ul awwal,
biasanya kaum muslimin merayakan peringatan mauld Nabi Muhammad SAW,
baik dirumah dengan mengundang tetangga dan handai taulan. Atau diadakan
oleh lembaga, organisasi, masyarakat kampung dengan bentuk pengajian
umum dan ceramah, ada juga dengan bakti sosial, khitanan masal, dan
bentuk amal-amal sholeh yang lain.Yang menjadi pertanyaan, pernakah nabi
Muhammad merayakan peringatan maulidnya? Dan sejak kapankah diadakan
dan untuk apa? Lalu bagaimana hukumnya mengadakan peringatan mauled Nabi
Muhammad SAW?
Jika menelusuri sejarah, ternyata Nabi Muhammad SAW belum pernah
merayakan hari ulang tahunnya dengan upacara dan acara. Rasulullah
memperingati kelahirannya dengan berpuasa. Suatu ketika Nabi Muhammad
ditanya: ”Wahai rasul, mengapa engkau berpuasa hari Senin?” Rasul
menjawab: “Pada hari Senin itu aku dilahirkan.” Dengan demikian Nabi
Muhammad merayakannya denga puasa yang kemudian di masyarakat kita
dikenal dengan puasa weton (puasa kelahiran).
Namun sejarah tidak pernah mencatat Rasulullah merayakan maulid dengan
mengundang orang lain untuk bacaan shalawat, untu bacaan berberzanjian,
dibaan dan pengajian umum.Nah, apakah kalau Nabi Muhammad SAW sahabat
tidak pernah mengadakan peringatan maulid ini berarti mengada-ngada, dan
apakah termasuk bid’ah?Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at
rahimakumullahMari kita mengkaji hukum peringatan mauled Nabi Muhammad
SAW.
Dalam sebuah kitab yang ditulis oleh Imam Jalaluddin as-Suyuthi yang
berjudul Husnul Maqasid fil Amal al-Mawalid. Beliau menjelaskan bahwa di
zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin memang belum diadakan
peringatan dalam bentuk upacara, shalawatan dan pengajian tentang maulid
Nabi, sehingga ada sebagian kaum muslimin yang tidak mau memperingati
kelahiran dengan bentuk upacara itu.Jadi, kapan peringatan kelahiran
Nabi ini mulai dilaksanakan?
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Sejarah menyebutkan bahwa sejak Islam berjaya dengan menaklukan romawi,
Persia bahkan Eropa, banyaklah orang non muslim masuk Islam, termasuk
orang-orang salib dari Eropa. Baik karena sukarela ataupun karena
terpaksa. Hal ini menimbulkan dendam kaum Nasrani, akhirnya mereka
membalas dendam dengan menjajah Timur Tengah. Maka berkobarlah perang
salib. Kaum kafir membunuh orang islam, merampas kekayaan, dijauhkan
dari Islamnya, dijauhkan dari Nabinya, dijauhkan dari sejarah kejayaan
Islam. Yang ditampilkan oleh penjajah di hadapan kaum muslimin adalah
tokoh-tokoh kafir, tokoh-tokoh fiktif sehingga rusaklah moral anak-anak
muda, hancurlah kejayaan kaum muslimin, hilang keteladanan, hingga tidak
kenla kehebatan Islam.
Melihat kondisi umat yang terpuruk dan semakin jauh dari Islam, serta
tidak punya semangat memperjuangkan agamanya, para ulama’ dan tokoh
Islam mencari solusi bagaimana membangkitkan keislaman kaum muslimin dan
melepaskan diri dari cengkraman tentara salib.Di antaranya seorang raja
yaitu Al-Malik Mudhaffaruddin (Raja Himsiyyah), mengundang para ulama’
dan masayikh ke istana untuk bermusyawarah, bagaimana membangkitkan
semangat umat Islam, membebaskan diri dari penjajah, serta menanamkan
kecintaan anak muda dan muslimin kepada Rasulullah, sehingga mau
menteladani beliau.
Dari musyawarah ulama tersebut akhirnya ada yang mengusulkan agar
diadakan peringatan peristiwa bersejarah dalam Islam, diantaranya dengan
peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, yang kemudian dikampanyekan
dengan besar-besaran, mengundang para penyair agar menulis syair pujian
kepada Nabi, serta para ulama dan mubaligh yang bertugas menceritakan
sejarah Nabi.Al-Malik Mudhaffaruddin menanggapi usulan ini dengan
antusias. Tetapi ada yang tidak setuju, dengan alasan kerena peringatan
seperti itu tidak pernah dikerjakan oleh Nabi, dan itu berarti itu
bid’ah.
Menanangapi ketidak setujuan mereka, akhirnya dijawab oleh ulama’ yang
hadir, bahwa dalam penjelasan tentang bid’ah itu tidak semua sesat.
Menurut Imam al-Iz Abdussalam, Ibnu Atsar menjelaskan bahwa ada bid’ah
dholalah dan bid’ah hasanah. Bid’ah dholalah (sesat) adalah bid’ah yang
tidak ada dasar hukummnya dan tidak ada perintah sama sekali dari
syariat, sedangkan bid’ah hasanah adala suatu amalan yang dasar
perintahnya sudah ada dari Rasulullah, namun teknisnya tidak diatur
langsung dan itu bukan temasuk ibadah mahdah muqayyadah (ibadah murni
yang telah ditentukan tata caranya).
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Seperti sering dijelaskan bahwa ibadah itu ada dua macam. Pertama,
ibadah mahdah muqayyadah yaitu ibadah murni yang tata caranya terikat
dan tidak boleh diubah, karena perintah dan teknis pelaksanaannya
contohkan langsung oleh Rasulullah, seperti shalat dan haji yang harus
sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasul.Kedua, ibadah muthalaqah
ghoiru muqayyadah, yaitu ibadah mutlaq yang tata caranya tidak terikat,
perintahnya ada sedangkan teknis pelaksanaannya terserah masing-masing
orang. Seperti berdzikir, perintahnya sudah ada namun teknisnya tidak
ditentukan sebagaiman firman Allah:
فَاذْكُرُوا اللهَ قِيَامًا وَقُعُوْدًا وَعَلَى جُنُوْبِكُمْ
Artinya :
”Berdzikirlah kalian dalam keadaan berdiri duduk, dan berbaring.” (QS an-Nisa)
Dzikir merupakan perintahnya, sedangakan teknisnya terserah kita, duduk,
berdiri, berbaring dirumah, dimasjid sendirian, bersama-sama, suara
pelan ataupun dengan suara keras tidak ada batasan-batasan, tergantung
kepada situasi dan kondisi asal tidak melanggar ketentuan
syariat.Membaca shalawat juga diperintahkan sebagaimana firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an:
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
Artinya :
”Sesungguhnya Allah dan malaikat bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salan penghormatan kepadanya.” (QS al-Ahzab : 56).
Perintah membaca shalawat ada sedangkan teknisnya terserah kita. Boleh
sholawat yang panjang, pendek, prosa, maupun syair, yang penting
bershalawat kepada rasullullah. Hal ini termasuk juga berdakwah, Allah
berfirman dalam Al-Qur’an:
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
Artinya :
Serulah (manausia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. (QS an-Nahl 125)
Berdakwahlah kamu ke jalan Allah dengan cara hikmah dan mauidzah hasanah
atau wejangan yang baik. Perintahnya ada sedangkan teknis
pelaksanaannnya terserah kita, boleh dalam bentuk pengajian umum,
pengajian rutin di masjid, ataupun media TV, radio, koran,
majalah,diskusi, maupun seminar. Semuanya dipersilakan, yang penting
momentum dan misinya adalah dakwah.
Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Peringatan Maulid Nabi yang diisi dengan pembacaan shalawat
kepada Rasul, pengajian umum, ceramah tentang kesadaran terhadap islam,
membaca sejarah Nabi, amal saleh, bakti sosial, khitanan massal dan
lain-lain itu merupakan ibadah mutlaqah ghairu muqayadah atau ibadah
yang mutlaq dan tidak terikat tata caranya dimana perintahnya ada
sedangakan pelaksanaannya terserah kita.
Maka dengan demikian mengadakan peringatan Maulid Nabi yang diisi
dengan pembacaan shlawat, pengajian umum dan perbuatan yang baik bukan
termasuk bid’ah dlalalah, tapi tapi merupakan amrum muhtasan, yaitu
“sesuatu yang dianggap baik” dan kalau kalau dilakukan secara ikhlas
karena Allah maka akan mendapatka pahala dari Allah SWT.
Demikian juga Sayyid Alwi Al-Maliki al-Hasani menjelaskan dalam kitab Mukhtashar Sirah Nabawiayah: “Bahwa memperingati Maulid Nabi bukan
bid’ah dlalalah, tapi sesuatu yang baik”. Ma’asyiral muslimin sidang
Jum’at rahimakumullahAkhirnya para ulama yang hadir bersama Al-Malik
Mudhaffaruddin dalam pertemuan itu memutuskan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad itu boleh.
Kemudian Al-Malik Mudhafar sendiri langsung menyumbang 100 ekor unta dan sekian ton gandum untuk mengadakan peringatan maulid Nabi muhammad SAW.
Setiap daerah diundang penyair untuk membuat syair pujian dan shalawat
kepada Nabi muhammad. Kitab-kitab yang tersisa hingga sekarang di
antaranya yang dikarang oleh Syeikh al-Barzanji dan Syeikh
Addiba’i.Ternyata dengan diadakannya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
ini sangat efektif untuk menyadarkan kaum Muslimin cinta kepada Rasul,
sehingga seorang pemuda bernama Shalahudin Al-ayyubi menggalang
anak-anak muda, dilatih fisiknya, disadarkan cinta Rasul, diajak
membebaskan diri dari penjajahan tentara salib. Akhirnya, laskar Islam
bersama panglima Shalahudin al-Ayyubi, bisa memenangkan perang salib
pada tahun 580 H.
Sejak tahun itulah peringatan Maulid Nabi SAW diadakan oleh
negara muslim lainnya.Mudah-mudahan dengan peringatan Maulid Nabi hati
kita semakin cinta kepada Rasulullah SAW. Dengan cinta kepada Rasulullah
kita akan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya dan kita
termasuk orang yang menghidupkan sunnah Rasulullah SAW. Sebagaimana
sabda beliau yang artinya: “Orang-orang yang telah menghidupkan sunnahku
maka dia berarti cinta kepadaku, dan orang-orang yang cinta padaku
nanti akan bersamaku disurga.” Semoga kita dikumpulkan bersama
Rasulullah SAW kelak disurga nanti. Amiin, ya rabbal alamin.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَنِ الرَّجِيْمِ. بِِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ
الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَر فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَر
أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ
أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ
Post Comment
0 comments :
Posting Komentar